Sunday, May 25, 2008

Mie Instan dan Kopi Instan di Perjalanan Kereta Api "Bengawan"

Kereta Api klas Ekonomi "Bengawan" jurusan Jebres-Solo ~ Tanah Abang-Jakarta bisa dikatakan sebagai salah satu jasa angkutan massal favorit masyarakat. Dengan uang Rp. 40.000,- masyarakat sudah dapat menginjakkan kaki di Tanah Abang Jakarta.Fasilitas seadanya, KM/WC dengan air kadang ada kadang tidak ada, tempat duduk dengan jok setengah empuk, waktu tempuh lama, sering berhenti di stasiun yang dilewati, pedagang asongan hilir mudik, pengamen dan pencopet datang silih berganti, tidak menyurutkan minat masyarakat menggunakan jasa Kereta Api Bengawan.

Meski dengan fasilitas yang demikian dan relatif lebih aman akhir-akhir ini, tetap saja ada rasa was-was kehilangan barang bawaan, apalagi bila malam menjelang, kantuk menyerang, perut keroncongan, datangnya pedagang kopi dan mie instan membuat hati penumpang senang, sebab kantuk akan menghilang, perut akan sedikit kenyang.
"Kopi, kopi hangat Pak, POP Mie, POP Mie Bu", teriak para pedagang menjajakan kopi dan mie instan, di tengah bisingnya suara roda kereta api beradu dengan rel dan angin malam. Dengan sachet-sachet kopi dan POP Mie bergelantungan di termos, para pedagang dengan lincah melewati para penumpang yang duduk di lantai karena tidak mendapat tempat duduk. Saling pengertian yang luar biasa antara penumpang dan pedagang.
Kemudian apabila ada penumpang yang membeli Mie Instan, dengan cekatan pedagang merobek sedikit tutup kemasan gelas, sendok dan bumbu dikeluarkan, 'serr' air panas dari termos mengalir ke dalam gelas kemasan mie instan, bumbu dimasukkan, kemudian tutup gelas kemasan dikatupkan lagi, ditukar dengan uang Rp. 5000,- tidak ada penawaran dan tidak lebih 1 menit mie instan berpindah tangan. Tak lama kemudian pedagang sudah lenyap, hanya suaranya masih terdengar "POP Mie Bu, POP Mie Bu". POP Mie product brilian dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dengan kemasan gelas, sangat praktis dan menjadi product favorit satu-satunya penumpang dan tidak ada pesaing dari yang lain.

Demikian juga apabila ada yang membeli kopi instan, dengan sigap pedagang menyobek bungkus kopi dan memasukkannya ke gelas plastik, 'serr' air panas dari termos memenuhi gelas plastik, kemudian sendok menari-nari mengaduk seduhan kopi, ditukar dengan uang Rp. 2000, kopi berpindah tangan, tidak ada penawaran dan tidak lebih dari 1 menit pedagang sudah menghilang, yang ada adalah teriakan sayup-sayup "Kopi hangat Pak, kopi hangat Pak". Apabila POP Mie tidak ada pesaing, lain halnya dengan produk kopi yang harus bersaing satu sama lain. "Kopi Kapal Api hitam(duo gula+kopi mix maksudnya) dan Indocafe coffemix saya berani bawa 15 sachet, kalau Kapal Api Mocca, Nescafe, Kopi Susu ABC dan Kopi Merk Mocca dari Good Day,saya cuma berani bawa 5 bungkus, yah asal ada aja Pak", demikian kata Sukardi dengan malu-malu, pedagang asal Gombong. "Sedang POP Mie biasanya saya bawa 10 bungkus", tambah Sapar pedagang asal Brebes.

Pagi hari menjelang, pedagang menghilang Stasiun Tanah Abang siap menyambut penumpang. Tak lama kemudian datang teriakan pedagang baru masih membawa dagangan yang sama kopi instan dan Mie Instan. "Kopi hangat Pak, POP Mie Bu, perut kenyang, mata terang, hati senang" teriak Joni pedagang asal Bekasi menjajakan dagangannya.

2 comments:

  1. Seninya niaik kereta itu emang umpel-umpelan coy...... tapi asyik klo lagi di gencet cwek seksi bo...
    udah panas tambah panas re'eeeee..
    enjoy your life......

    ReplyDelete
  2. Seninya niaik kereta itu emang umpel-umpelan coy...... tapi asyik klo lagi di gencet cwek seksi bo...
    udah panas tambah panas re'eeeee..
    enjoy your life......

    ReplyDelete